1. Seni Rupa
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.
Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.
Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian,seni rupa merupakan ungkapan gagasan dan perasaan manusia yang diwujudkan melalui pengolahan median dan penataan elemen serta prinsip-prinsip desain.Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi.
Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar, maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun tidak nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya
a. Karya Seni Rupa Anak-Anak
Pengertian seni bagi anak usia dini pada dasarnya adalah permainan yang memberikan kesenangan batin (rohani) , baik bagi yang berkarya seni maupun bagi yang menikmatinya. Para pendidik harus memperhatikan kegiatan bermain yang dilakukan anak anak, karena permainan merupakan kegiatan jasmani dan rohani yang dapat membentuk sebagian besar perkembangan kepribadian anak, misalnya sikap mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial dan fisik.
Pertama kali anak melakukan kegiatan seni senantiasa diawali dengan kegiatan meniru orang dewasa. Dalam melakukan kegiatan kesenian, tidak selalu anak dilatar belakangi dengan semangat berkesenian, melainkan lebih didorong oleh bagian dari permainan. Dengan demikian, pada umumnya anak yang normal pada usia-usia tertentu suka sekali menggambar. Kepuasan bagi anak berbeda maknanya dengan kepuasan bagi orang dewasa. Anak-anak mampu mengungkapkan emosinya tanpa batas ke dalam bentuk yang indah terutama terdapat pada anak-anak yang menjalani perkembangan normal hingga batas usia tertentu.
Karya Seni Rupa Bagi Anak-Anak adalah:
1. Seni sebagai Media Bermain
a. Bermain majinasi
b. Permainan ide
c. Permainan fisik
a. Bermain majinasi
b. Permainan ide
c. Permainan fisik
2. Seni sebagai Media Berkomunikasi
Tidak setiap anak mempunyai perkembangan bicara dan mengutarakan pendapatnya secara lisan, oleh karenanya gambar dapat digunakan sebagai alat untuk mengutarakan pendapat.
3. Seni sebagai Ungkapan Rasa
Jika diamati cara kerja anak ketika menggambar, terdapat 2 gerakan, pertama mengambar dengan spontan, kedua anak menggambar dengan tenang.
4. Seni untuk Mengutarakan Ide, Gagasan, dan Angan-angan
Keterbatasan kata-kata membuat perasaan anak semakin sesak karena keinginannya mengutarakan pendapat tidak diketahui orang lain. Symbol yang muncul dari pikran anak ini ternyata mempunyai arti yang sangat kompleks mulai keinginan sesuatu, gagasan serta angan-angaan yang meluap atas benda pujaannya.
b. Karya Seni Rupa Orang Dewasa
Karya Seni Rupa Bagi Orang Dewasa adalah:
2. Pengertian Seni
a. Seni adalah Keindahan :
"Keindahan" adalah istilah konvensional yang terlalu sederhana untuk mengungkapkan kesadaran yang timbul dari pengalaman keharuan maknawi macam itu, pengalaman yang sebetulnya penuh nuansa rumit. Karenanya, kata "keindahan" itu sejak awal memang sulit dimengerti hanya sebagai "kualitas yang menyenangkan mata dan hati". Ia lebih kompleks dari sekadar struktur fisik yang bagus. Keindahan adalah keharuan tanpa alasan atas matahari, angin, bebauan, tanaman, atau hujan. Keindahan adalah awal dan akhir pemikiran imajinatif paling brilian. Keindahan adalah saat indera terbuka pada kaitan-kaitan halus terselubung antarsegala; saat imajinasi terbang tinggi tanpa kehilangan pijakan di bumi.
1. Kahlil Gibran, keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta
yang memperlihatkan perjuangan melawan gaya grafitasi
3. Imanuel Kant, keindahan ada dalam penderitaan yang membahagiakan
4. Baumgarten, keindahan adalah kesempurnaan yang ada pada alam
5. Aristoteles, keindahan terdapat dalam kesantaian
Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi namun menerima. Ketika engkau menemukan Keindahan, engkau akan merasakan tangan-tangan yang ada dalam jiwamu digerakkan untuk membawa keindahan ke dalam relung hatimu. Itulah keagungan yang merupakan perpaduan penderitaan dan kebahagian; yang tak terlihat yang bisa engkau lihat dan ketidakjelasan yang bisa engkau mengerti; dan kesunyian yang bisa engkau dengar - itulah tersuci dari yang tersuci yang bermula didalam dirimi sendiri dan berakhir dengan sangat luas melebihi imajinasi duniawimu. Keindahan adalah keselarasan antara sukacita dan dukacita yang bermula dari hati kita tersuci dari yang tersuci diluar wilayah imajinasi kita.
"Keindahan" adalah istilah konvensional yang terlalu sederhana untuk mengungkapkan kesadaran yang timbul dari pengalaman keharuan maknawi macam itu, pengalaman yang sebetulnya penuh nuansa rumit. Karenanya, kata "keindahan" itu sejak awal memang sulit dimengerti hanya sebagai "kualitas yang menyenangkan mata dan hati". Ia lebih kompleks dari sekadar struktur fisik yang bagus. Keindahan adalah keharuan tanpa alasan atas matahari, angin, bebauan, tanaman, atau hujan. Keindahan adalah awal dan akhir pemikiran imajinatif paling brilian. Keindahan adalah saat indera terbuka pada kaitan-kaitan halus terselubung antarsegala; saat imajinasi terbang tinggi tanpa kehilangan pijakan di bumi.
1. Kahlil Gibran, keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta
yang tidak memberi namun menerima.
2. Schopenhauer, keindahan dalam arsitektur adalah pernyataan kekuatan bahan bangunan yang memperlihatkan perjuangan melawan gaya grafitasi
3. Imanuel Kant, keindahan ada dalam penderitaan yang membahagiakan
4. Baumgarten, keindahan adalah kesempurnaan yang ada pada alam
5. Aristoteles, keindahan terdapat dalam kesantaian
Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi namun menerima. Ketika engkau menemukan Keindahan, engkau akan merasakan tangan-tangan yang ada dalam jiwamu digerakkan untuk membawa keindahan ke dalam relung hatimu. Itulah keagungan yang merupakan perpaduan penderitaan dan kebahagian; yang tak terlihat yang bisa engkau lihat dan ketidakjelasan yang bisa engkau mengerti; dan kesunyian yang bisa engkau dengar - itulah tersuci dari yang tersuci yang bermula didalam dirimi sendiri dan berakhir dengan sangat luas melebihi imajinasi duniawimu. Keindahan adalah keselarasan antara sukacita dan dukacita yang bermula dari hati kita tersuci dari yang tersuci diluar wilayah imajinasi kita.
b. Seni adalah Ekspresi :
Seni adalah Ekspresi merupakan proses ungkapan emosi atau perasaan di dalam proses penciptaan karya seni, proses ekspresi bisa diaktualisasikan melalui media. Media musik bunyi; media seni rupa adalah garis, bidang dan warna; media tari adalah gerak, media teaer adalah gerak, suara dan lakon.
Manusia adalah makhluk
sosial sekaligus sebagai individu. Untuk itu manusia mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi juga berekspresi untuk mengungkap perasaan, pendapat, tanggapan,
sikap serta pengalaman batinnya. Salah satu media untuk berkomunikasi dan berkreasi
itu adalah seni.
3. Pengertian Seni Menurut Beberapa Ahli
bahwa suatu karya seni merupakan tiruan obyek / benda yang ada di alam, atau karya
yang sudah dibuat sebelumnya.
hingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia.
yang melihatnya.
f. Benedetto Croce, Filsuf dari Italia
Seni adalah ungkapan kesan-kesan. Seni memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
segala khayalan atau pengalaman intutif yang terkumpul dibatinnya.
3. Pengertian Seni Menurut Beberapa Ahli
Berikut ini beberapa pengertian seni yang dikemukakan oleh para tokoh / seniman :
a. Pengertian seni yang menekankan pada kegiatan rohani dikemukakan oleh Akhdiat
Kartamiharja.
Kartamiharja.
Menurut Akhdiat, seni adalah kegiatan psikis (rohani)manusia yang merefleksi kenyataan
(realitas). Hal tersebut terjadi karena bentuk dan isi karya tersebut memiliki daya untuk
membangkitkan atau menggugah pengalaman tertentu dalam alam psikis (rohani) si
penikmat atau apresiator. Bila ditelaah, pengertian tersebut menunjukkan peranan jiwa
(seniman) dalam proses berkarya seni dan karya seni itu sendiri. Seniman yang berkarya
hanya dengan menggerakkan anggota tubuhnya saja (aktivitas fisik), namun tidak
melibatkan jiwanya (ekspresi emosi), maka karya yang dibuatnya belum dapat dinamakan
seni.
(realitas). Hal tersebut terjadi karena bentuk dan isi karya tersebut memiliki daya untuk
membangkitkan atau menggugah pengalaman tertentu dalam alam psikis (rohani) si
penikmat atau apresiator. Bila ditelaah, pengertian tersebut menunjukkan peranan jiwa
(seniman) dalam proses berkarya seni dan karya seni itu sendiri. Seniman yang berkarya
hanya dengan menggerakkan anggota tubuhnya saja (aktivitas fisik), namun tidak
melibatkan jiwanya (ekspresi emosi), maka karya yang dibuatnya belum dapat dinamakan
seni.
Achdiat Kartamiharja
b. Plato, filsuf dari Yunani
Seni adalah hasil tiruan alam ( Ars Imitatur Narutam ). Pandangan Plato ini menganggap bahwa suatu karya seni merupakan tiruan obyek / benda yang ada di alam, atau karya
yang sudah dibuat sebelumnya.
c. Ki Hajar Dewantara, Tokoh Pendidikan Nasional
Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya yang bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia.
Ki Hajar Dewantara
d. Thomas Munro, Ahli Seni dan Filsuf dari Amerika
Seni adalah buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya.
Thomas Munro
e. Pengertian seni yang lain dapat dijumpai dalam Everyman Encyclopedia, yang
menyebutkan bahwa seni merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang bukan atas
dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan semata-mata karena kehendak akan
kemewahan, kenikmatan, ataupun karena kebutuhan spiritual. Sendok misalnya, dibuat
untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan.Berdasarkan definisi tersebut
sendok bukanlah karya seni. Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai,
misalnya rumah, pakaian penutup aurat, dan barang yang digunakan untuk kebutuhan
pokok hidup kita, yang bukan seni. Adapun benda yang dikategorikan sebagai benda seni
ya itu alat musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Walaupun demikian
benda kebutuhan pokok tersebut dapat berhubungan erat pula dengan seni. Sebagai
contoh, pakaian yang dibuat bukan hanya memperhatikan fungsinya sebagai penutup
aurat atau pelindung fisik, tetapi si perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah
yang dikenakan pada pakaian itulah yang berkaitan dengan seni. Dengan demikian
adakalanya beberapa benda kebutuhan pokok yang awalnya tidak dikategorikan sebagai
karya seni tersebut dikategorikan juga sebagai karya seni atau setidaknya mendapat
sentuhan seni.
menyebutkan bahwa seni merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang bukan atas
dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan semata-mata karena kehendak akan
kemewahan, kenikmatan, ataupun karena kebutuhan spiritual. Sendok misalnya, dibuat
untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan.Berdasarkan definisi tersebut
sendok bukanlah karya seni. Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai,
misalnya rumah, pakaian penutup aurat, dan barang yang digunakan untuk kebutuhan
pokok hidup kita, yang bukan seni. Adapun benda yang dikategorikan sebagai benda seni
ya itu alat musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Walaupun demikian
benda kebutuhan pokok tersebut dapat berhubungan erat pula dengan seni. Sebagai
contoh, pakaian yang dibuat bukan hanya memperhatikan fungsinya sebagai penutup
aurat atau pelindung fisik, tetapi si perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah
yang dikenakan pada pakaian itulah yang berkaitan dengan seni. Dengan demikian
adakalanya beberapa benda kebutuhan pokok yang awalnya tidak dikategorikan sebagai
karya seni tersebut dikategorikan juga sebagai karya seni atau setidaknya mendapat
sentuhan seni.
f. Benedetto Croce, Filsuf dari Italia
Seni adalah ungkapan kesan-kesan. Seni memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
segala khayalan atau pengalaman intutif yang terkumpul dibatinnya.
Benedetto Croce
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dirangkum bahwa seni adalah segala kegiatan
manusia untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya pada orang lain, yang
divisualisasikan dalam tata susunan yang indah dan menarik, sehingga dapat menimbulkan
kesan rasa senang atau puas bagi yang menghayatinya (Ida Herawati, 1999).
manusia untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya pada orang lain, yang
divisualisasikan dalam tata susunan yang indah dan menarik, sehingga dapat menimbulkan
kesan rasa senang atau puas bagi yang menghayatinya (Ida Herawati, 1999).
4. Seni Rupa Zaman Prasejarah dan Hindu di
Indonesia yang Bersifat Magis dan Religius.
A. Seni Rupa Zaman Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme)
Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar).
Peninggalan-peninggalanya yaitu :
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu
Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq, meja batu dll
b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung – patung berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural
c. Seni Lukis
Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang lambang nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif perlambang)
2. Seni Rupa Jaman Logam
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
2) Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)
B. Seni Rupa Indonesia Hindu
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses:
a. Proses peniruan (imitasi)
b. Proses Penyesuaian (adaptasi)
c. Proses Penguasaan (kreasi)
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama
(Silfasastra)
(Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai:
- Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur
- Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu
- Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi Belahan
- Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda
- Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20.
- Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan
candi, yaitu:
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah–tengah anak–anak , contohnya kelompok candi lorojongrang dan prambanan
- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi berada di belakang anak – anak candi,
contohnya candi penataran
2) Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb
b. Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa
Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
2) Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah
Jataka, Lalitapistara
Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
5. Seni Sebagai Media Pendidikan
Banyak para ahli pendidikan yang berpendapat bahwa seni itu dapat dipakai sebagai alat untuk mendidik, antara lain Ki Hajar Dewantara dangan Taman Siswa-nya. Semenjak berdiri hingga sekarang menggunakan seni sebagai salah satu alat pendidikan. Bagaimanakan penggunaan seni untuk pendidikan itu, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Waktu Berolah Seni
Dengan berolah seni dapat ditimbulkan sikap-sikap sebagai berikut:
(1) Memperhalus budi pekerti dan membuat sikap yang kasar, ugal-ugalan menjadi lebih
halus dan sopan santun. Pengaruh seni yang demikian pernah dianjurkan oleh R. A.
Kartini dalam mendidik, memperhalus budi pekerti dengan cara membatik.
halus dan sopan santun. Pengaruh seni yang demikian pernah dianjurkan oleh R. A.
Kartini dalam mendidik, memperhalus budi pekerti dengan cara membatik.
(2)Menanamkan dan meningkatkan kedisiplinan. Kegiatan seni adalah kegiatan yang
penuh dengan kedisiplinan. Tanpa disiplin tidak mungkin dilahirkan karya seni yang
baik,misalnya waktu berlatih karawitan, masing-masing penabuh harus tunduk dengan
aturan permainan. Apabila ada salah seorang penabuh yang tidak disiplin, mendahului
atau terlambat membunyikan alatnya maka akan terjadi kesalahan pada keseluruhan
orkestra itu. Hal ini juga terjadi pada tari, nyanyi dan sebagainya. Dengan demikianpeserta
olah seni itu akan dibiasakan dengan hal-hal yang disiplin
penuh dengan kedisiplinan. Tanpa disiplin tidak mungkin dilahirkan karya seni yang
baik,misalnya waktu berlatih karawitan, masing-masing penabuh harus tunduk dengan
aturan permainan. Apabila ada salah seorang penabuh yang tidak disiplin, mendahului
atau terlambat membunyikan alatnya maka akan terjadi kesalahan pada keseluruhan
orkestra itu. Hal ini juga terjadi pada tari, nyanyi dan sebagainya. Dengan demikianpeserta
olah seni itu akan dibiasakan dengan hal-hal yang disiplin
(3) Membangkitkan dan menanam rasa cinta tanah air dan bangsa. Seni selalu berhubungan
dengan rasa kebangsaan. Apakah itu bangsa sendiri ataukah bangsa lain. Oleh karena itu
pendidikan seni harus bermula dari seni sendiri. Seni bangsa sendiri harus dipelajari
terlebih dahulu sebelum mempelajari seni bangsa lain. Dengan selalu bergaul dan
mengenal seni bangsa sendiri, lama kelamaan tertanam rasa cinta dan menghormati
bangsa sendiri, dan bangga akan karya-karya bangsanya. Untuk mengimbangi rasa cinta
bangsa yang berlebih-lebih, hingga akan merendahkan bangsa lain, barulah diperkenalka
seni bangsa lain. Sifatnya hanya sebagai pelengkap dan pembanding, penghambat rasa
yang berlebihan terhadap cinta bangsa.
dengan rasa kebangsaan. Apakah itu bangsa sendiri ataukah bangsa lain. Oleh karena itu
pendidikan seni harus bermula dari seni sendiri. Seni bangsa sendiri harus dipelajari
terlebih dahulu sebelum mempelajari seni bangsa lain. Dengan selalu bergaul dan
mengenal seni bangsa sendiri, lama kelamaan tertanam rasa cinta dan menghormati
bangsa sendiri, dan bangga akan karya-karya bangsanya. Untuk mengimbangi rasa cinta
bangsa yang berlebih-lebih, hingga akan merendahkan bangsa lain, barulah diperkenalka
seni bangsa lain. Sifatnya hanya sebagai pelengkap dan pembanding, penghambat rasa
yang berlebihan terhadap cinta bangsa.
Seni sebagai media pendidikan dapat dilihat dalam musik, misalkan Ansambel karena didalamnya terdapat kerjasama, atau Angklung dan gamelan pun ada nilai pendidikannya karena kesenian tersebut terdapat nilai sosial, kerjasama dan disiplin. karya seni yang sering digunakan untuk pelajaran/pendidikan seperti : gambar ilustrasi buku pelajaran, film ilmiah/dokumenter, poster, lagu anak-anak, alat peraga IPA, dsb.
6. Pendekatan Berbasis Disiplin Ilm dan Pendekatan
Kompetensi dalam Pendidikan Seni Rupa.
a. Pendekatan seni rupa berbasis disiplin ilmu
Dipandangnya seni sebagai disiplin ilmu merupakan asumsi pokok yang mendasari konsep pendekatan ini. Disiplin ilmu dalam pengertian ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Dobbs (1992: 9) adalah bidang studi yang bercirikan
(1) memiliki isi pengetahuan (body of knowledge),
(2) adanya masyarakat pakar yang mempelajari ilmu tersebut, serta
(3) tersedianya metode kerja yang memfasilitasi kegiatan eksplorasi dan penelitian.
Chapman (1978) berpendapat bahwa pendidikan seni yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan emosinya adalah penting, tetapi jangan karena itu, kegiatan mempelajari ilmu seni diabaikan. Menurut Eisner (1987/1988) menegaskan bahwa pendidikan seni berbasis disiplin bertujuan menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang yang digeluti orang dalam dunia seni yaitu bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman dan penilaian. Keempat bidang tersebut haruslah tercermin dalam kurikulum. Anak hendaknya tidak hanya diberi kesempatan berekspresi/menciptakan karya seni tetapi mereka juga perlu mempelajari bagaimana caranya menikmati suatu karya seni, dan memahami konteks dari sebuah karya seni. Keempat bidang tersebut hendaknya diajarkan secara terpadu.
Karena pendidikan seni berbasis disiplin merupakan suatu pendekatan dan bukan suatu metode yang spesifik, maka ia tampil dalam wujud yang bervariasi. Dibalik sifatnya yang bervariasi, pendidikan seni berbasis disiplin memiliki ciri khusus yaitu :
(1) seni diajarkan sebagai sebuah subyek dalam konteks pendidikan umum dengan
kurikulum yang tertulis serta disusun secara sistematis mencakup kegiatan
ekspresi/kreasi, teori, dan kritik/apresiasi seni. Pelajaran tersebut membangun
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam disiplin seni yang memungkinkan
dievaluasi secara tepat.
(2) Kemampuan anak dikembangkan untuk mampu menghasilkan karya seni (prosuksi seni);
menganalisis, menafsirkan dan menilai kualitas karya (kritik seni); mengetahui dan
memahami peran seni dalam masyarakat (sejarah seni) serta memahami keunikan karya
seni dan bagaimana orang memberikan penilaian dan menguraikan alasan penilaian
tersebut (estetika).
Dobbs (1992 : 71-76) menguraikan secara terperinci cakupan keempat mata pelajaran yang disebutkan tersebut yang seyogyanya mendapat perhatian para guru:
(1) Studio/produksi seni adalah disiplin dalam hal penciptaan seni yang merupakan proses
kreatif melalui pengolahan beragam materi untuk menciptakan efek rupa (visual) yang
diinginkan.
(2) kritik seni adalah disiplin yang memfokuskan perhatian pada persepsi dan deskripsi untuk
menjawab pertanyaan tentang apa yang diamati pada suatu karya seni, analisis dan
penafsiran untuk menjelaskan makna dari apa yang diamati serta penilaian yang
menggambarkan kualitas karya yang diamati,
(3) Sejarah seni adalah disiplin yang memfokuskan perhatian pada peran seni dan seniman
dalam konteks sosial, politik, dan budaya.
(4) Estetika adalah disiplin yang mendiskusikan hakikat dan makna seni, pengalaman
keindahan dan sumbangannya terhadap kehidupan dan kebudayaan manusia. Estetika
dalam konteks pembelajaran di sekolah haruslah disesuaikan dengan tingkat kematangan
intelektual dan kejiwaan anak.
Perbedaan antara pendidikan seni berbasis disiplin dengan pendekatan ekaspresi bebas tidak hanya terletak pada kekomprehensifan cakupan kegiatan yang ditawarkan, tetapi juga pada bagaimana filosofi program dan cara membelajarkan anak. Pada pendekatan ekspresi bebas, anak diperlakukan secara istimewa dengan membiarkannya untuk secara bebas menyatakan apa yang ingin diekspresikannya. Guru tidak diijinkan mengintervensi. Peran guru hanyalah memberikan kemudahan bagi anak dalam berekspresi. Maka lahirlah kurikulum yang dikenal dengan emerging curriculum, seuatu kurikulum yang tidak siap pakai tetapi disusun mengikuti kehendak anak pada suatu kegiatan pembelajaran. Anaklah yang menentukan mengenai pengalaman belajar apa yang akan dilakukannya. Berdasarkan keinginan sang anak, maka guru pun menyiapkan fasilitas. Pada pendidikan seni berbasis disiplin, kurikulum yang digunakan bersifat siap pakai dengan program yang tersusun secara sistematis. Dengan mengacu pada kurikulum siap pakai inilah, guru melaksanakan pembelajaran. Jeffers membendingkan kedua pendekatan ini dengan menggunakan metafora pertumbuhan alamiah dengan metafora pembentukan. Metafora pertumbuhan alamiah mengandaikan anak sebagai sekuntum bunga atau tanaman, guru sebagai tukang kebun dan sekolah sebagai kebun. Guru sebagai tukang kebun haruslah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga anak sebagai tanaman tumbuh secara subur dan alamiah. Pada sisi lain, metafora pembentukan memandang anak sebagai tanah liat dan guru sebagai pematung. Anak sebagai tanah liat berada pada posisi untuk memilih atau menolak bentuk akhir dari dirinya sendiri.
(1) memiliki isi pengetahuan (body of knowledge),
(2) adanya masyarakat pakar yang mempelajari ilmu tersebut, serta
(3) tersedianya metode kerja yang memfasilitasi kegiatan eksplorasi dan penelitian.
Chapman (1978) berpendapat bahwa pendidikan seni yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan emosinya adalah penting, tetapi jangan karena itu, kegiatan mempelajari ilmu seni diabaikan. Menurut Eisner (1987/1988) menegaskan bahwa pendidikan seni berbasis disiplin bertujuan menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang yang digeluti orang dalam dunia seni yaitu bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman dan penilaian. Keempat bidang tersebut haruslah tercermin dalam kurikulum. Anak hendaknya tidak hanya diberi kesempatan berekspresi/menciptakan karya seni tetapi mereka juga perlu mempelajari bagaimana caranya menikmati suatu karya seni, dan memahami konteks dari sebuah karya seni. Keempat bidang tersebut hendaknya diajarkan secara terpadu.
Karena pendidikan seni berbasis disiplin merupakan suatu pendekatan dan bukan suatu metode yang spesifik, maka ia tampil dalam wujud yang bervariasi. Dibalik sifatnya yang bervariasi, pendidikan seni berbasis disiplin memiliki ciri khusus yaitu :
(1) seni diajarkan sebagai sebuah subyek dalam konteks pendidikan umum dengan
kurikulum yang tertulis serta disusun secara sistematis mencakup kegiatan
ekspresi/kreasi, teori, dan kritik/apresiasi seni. Pelajaran tersebut membangun
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam disiplin seni yang memungkinkan
dievaluasi secara tepat.
(2) Kemampuan anak dikembangkan untuk mampu menghasilkan karya seni (prosuksi seni);
menganalisis, menafsirkan dan menilai kualitas karya (kritik seni); mengetahui dan
memahami peran seni dalam masyarakat (sejarah seni) serta memahami keunikan karya
seni dan bagaimana orang memberikan penilaian dan menguraikan alasan penilaian
tersebut (estetika).
Dobbs (1992 : 71-76) menguraikan secara terperinci cakupan keempat mata pelajaran yang disebutkan tersebut yang seyogyanya mendapat perhatian para guru:
(1) Studio/produksi seni adalah disiplin dalam hal penciptaan seni yang merupakan proses
kreatif melalui pengolahan beragam materi untuk menciptakan efek rupa (visual) yang
diinginkan.
(2) kritik seni adalah disiplin yang memfokuskan perhatian pada persepsi dan deskripsi untuk
menjawab pertanyaan tentang apa yang diamati pada suatu karya seni, analisis dan
penafsiran untuk menjelaskan makna dari apa yang diamati serta penilaian yang
menggambarkan kualitas karya yang diamati,
(3) Sejarah seni adalah disiplin yang memfokuskan perhatian pada peran seni dan seniman
dalam konteks sosial, politik, dan budaya.
(4) Estetika adalah disiplin yang mendiskusikan hakikat dan makna seni, pengalaman
keindahan dan sumbangannya terhadap kehidupan dan kebudayaan manusia. Estetika
dalam konteks pembelajaran di sekolah haruslah disesuaikan dengan tingkat kematangan
intelektual dan kejiwaan anak.
Perbedaan antara pendidikan seni berbasis disiplin dengan pendekatan ekaspresi bebas tidak hanya terletak pada kekomprehensifan cakupan kegiatan yang ditawarkan, tetapi juga pada bagaimana filosofi program dan cara membelajarkan anak. Pada pendekatan ekspresi bebas, anak diperlakukan secara istimewa dengan membiarkannya untuk secara bebas menyatakan apa yang ingin diekspresikannya. Guru tidak diijinkan mengintervensi. Peran guru hanyalah memberikan kemudahan bagi anak dalam berekspresi. Maka lahirlah kurikulum yang dikenal dengan emerging curriculum, seuatu kurikulum yang tidak siap pakai tetapi disusun mengikuti kehendak anak pada suatu kegiatan pembelajaran. Anaklah yang menentukan mengenai pengalaman belajar apa yang akan dilakukannya. Berdasarkan keinginan sang anak, maka guru pun menyiapkan fasilitas. Pada pendidikan seni berbasis disiplin, kurikulum yang digunakan bersifat siap pakai dengan program yang tersusun secara sistematis. Dengan mengacu pada kurikulum siap pakai inilah, guru melaksanakan pembelajaran. Jeffers membendingkan kedua pendekatan ini dengan menggunakan metafora pertumbuhan alamiah dengan metafora pembentukan. Metafora pertumbuhan alamiah mengandaikan anak sebagai sekuntum bunga atau tanaman, guru sebagai tukang kebun dan sekolah sebagai kebun. Guru sebagai tukang kebun haruslah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga anak sebagai tanaman tumbuh secara subur dan alamiah. Pada sisi lain, metafora pembentukan memandang anak sebagai tanah liat dan guru sebagai pematung. Anak sebagai tanah liat berada pada posisi untuk memilih atau menolak bentuk akhir dari dirinya sendiri.
7. Peranan Guru dalam Proses Pendidikan Seni Rupa
di Sekolah.
Guru harus memiliki wawasan mengenai kemampuan memotivasi
belajar siswauntuk perkembangan kreativitasnya.
Guru harus mengalami pengalaman indera anak dan menyelidiki
sampai pada tingkat yang disebut sebagai “innerlandcape” yaitu dunia mimpi, ketakutan,keinginan-keinginan dan angan-angan serta khayalan. Suatu perang yang nyata
pengajaran seni rupa merupakan menjanjikan objek-objek dari pengalaman
internal dan eksternal bagi anak. Contohnya ingin menggambar dengan baik.
Guru adalah seorang yang patut diguguh dan ditiru, bahwasanya seorang guru
tidak hanya terfokus pada statusnya saja, tapi mampu membawa peran dalam jati
dirinya.
Hal ini sesuai
dengan pendapat Pangkey (dalam Isa, 1993: 3) “Pada setiap guru terletak tanggung jawab untuk membawa anak didik pada taraf kematangan
tertentu demi pencapaian tujuan pengajaran khususnya dan tujuanpada umumnya”
Guru adalah factor
penentu dalam proses interaksi edukatif dalam dunia pendidikan. Mengenal dunia
anak-anak merupakan syarat pokok untuk mendidik mereka.
Peranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah
masalah yang dihadapinya dan memahami karakteristik perkembangan siswa sebagai anak didik
dikelasnya.
Ada dua syarat pokok yang mesti dipenuhi oleh seorang guru
untuk dapatmenyampaikan pengajarannya dengan baik. Pertama-tama guru harus
menguasaibahan pengajaran, dan yang kedua ia harus dapat memiliki cara
penyampaianbahan itu dengan sebaik-baiknya.
Guru perlu mengetahui bahwa dalam mengajarkan seni rupa
perlu mengetahui perkembangan anak pula.Umumnya baik perkembangan jasmani
maupun rohani anak,anak menjadi dewasa karena perkembangan itu dan juga
pengalamannya.